Minggu, 09 September 2012

Pentingnya Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran


 Pendidikan adalah proses hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung sepanjang hidup dalam lingkungan. Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari kondisi lingkungan dimana pendidikan itu berlangsung. Salah satu lingkungan pendidikan yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak adalah sekolah.

Sekolah adalah tempat yang di dalamnya terdapat suatu proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sehingga dalam pembelajaran, siswa harus dibimbing kepada suatu tujuan pendidikan yang terarah, dalam upaya mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki dan menjadikannya mampu bersaing serta memiliki kompetensi sesuai dengan tingkatan belajar di sekolah.  
 “Pembelajaran merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning).” (Tim MKDP, 2009:132). Penekanannya terletak pada perpaduan antara kedua konsep tersebut dan aktivitas siswa sebagai subjek belajar dalam mencapai perubahan, dari segi sikap, pengetahuan dan keterampilan ke arah yang lebih baik.
Menurut Muhsetyo (2008: 1.26) Proses pembelajaran yang dilakukan yang mendukung pada ketercapaian kompetensi siswa pada prinsipnya adalah
1) berorientasi pada siswa; 2) mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat dan beragam; 3) memperhatikan teori pendidikan dan teori belajar; 4) mengusahakan suasana yang demokratis, partisipatif dan kooperatif; 5) mengembangkan penilaian (evaluasi) yang menyeluruh dan beragam (tidak hanya dalam bentuk tes, tetapi juga dalam bentuk-bentuk lain portofolio, tugas (proyek), karya tulis, karya kerja (kinerja); 6)memperlihatkan ciri pokok keilmuan dari bidang studi atau materi yang sedang dipelajari.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memegang peranan penting dalam pendidikan. Menurut Muhsetyo (2006: 1.26) “Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.” Tujuan pembelajaran matematika yang tertuang dalam Kurikulum 2006 mengindikasikan bahwa setelah siswa selesai mempelajari matematika, diharapkan memiliki sikap kritis, jujur, cermat, dan cara berpikir logis dan rasional dalam menyelesaikan suatu masalah, kompetensi itu dapat membentuk kemampuan siswa dalam memanfaatkan, mengelola informasi yang berguna sebagai bekal untuk bertahan hidup di tengah keadaaan sekarang yang tidak menentu dan penuh persaingan.
Namun, seringkali ada pendapat siswa yang menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, tidak mudah untuk dipelajari, sehingga timbul rasa tidak senang atau bahkan benci. Setelah diamati dari cara siswa menjawab masalah dalam soal matematika, bahwa ketakutan itu disebabkan oleh rendahnya pengetahuan siswa akan penguasaan konsep dasar matematika, baik mengenai memahaminya dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi matematika. Seperti yang diungkapkan oleh Sumardyono (2004:1) bahwa “Pemahaman yang tidak utuh terhadap matematika sering memunculkan sikap yang kurang tepat dalam pembelajaran, lebih parah lagi dapat menimbulkan sikap negatif terhadap matematika.”
Matematika sendiri pada dasarnya memiliki objek dasar yang abstrak. Menurut Soejadi dalam Muhsetyo (2008: 1.2) ‘keabstrakan matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi dan prinsip.” Sedangkan menurut Piaget, siswa sekolah dasar yang umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun sampai 12 atau 13 tahun, berada pada fase operasional konkret. Pada fase ini umumnya siswa masih terikat dengan objek yang konkret atau cenderung berpikir konkret, rasional dan objektif dalam memahami suatu situasi.
Dalam pembelajaran matematika, agar siswa dapat dengan mudah mengerti dan memahami konsep matematika yang memiliki objek kajian abstrak, dapat digunakan alat peraga.  Kelly dalam Lidinillah (2011: 8) ‘mengutarakan berbagai hasil penelitian yang menunjukkan bahwa peran alat peraga manipulatif dalam pembelajaran matematika dapat membantu anak dalam memahami konsep-konsep matematika yang abstrak.’ Dari pendapat para ahli tersebut jelas bahwa alat bantu, salah satunya alat peraga memiliki peranan sangat besar bagi guru yaitu sebagai alat untuk menunjang pembelajaran matematika.
 Dengan menggunakan alat peraga, siswa akan lebih mudah memahami konsep yang dipelajari, karena pembelajarannya melibatkan aktivitas fisik dan mental dengan kegiatan melihat, meraba, dan memanipulasi alat peraga yang sejalan dengan karakteristik siswa sekolah dasar yang memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik untuk mengekplorasi situasi di sekitar mereka dengan perasaan senang dan gembira ria.
Berdasarkan pengamatan sementara yang dilakukan di Sekolah Dasar tertentu, pada kenyataannya, penggunaan alat peraga tidak sepenuhnya menjadi perhatian guru dalam strategi pembelajarannya, dalam artian, tidak semua guru menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika. Guru lebih banyak melibatkan aktivitas verbalnya dalam pembelajaran atau hanya memanfaatkan alat yang seadanya serta kurang memperhatikan kebermaknaannya. Hal tersebut diakibatkan dari belum timbulnya kesadaran akan pentingnya penggunaan alat peraga serta pengaruhnya dalam pembelajaran matematika.  Sehingga berimbas pada siswa yang cenderung cepat bosan, malas belajar, melakukan hal-hal lain di luar pembelajaran yang kurang bermanfaat. Akhirnya materi pelajaran pun kurang dipahami siswa, tidak semangat lagi dalam belajar, bahkan timbul sikap kurang menyenangi pembelajaran matematika, hal tersebut menjadi salah satu indikator bahwa minat siswa terhadap mata pelajaran matematika menjadi rendah.
Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran yang tepat dapat mengoptimalkan fungsi pancaindera siswa dan memungkinkan terwujudnya kebermaknaan sehingga akan menimbulkan kesan yang positif, mempengaruhi masa ingatan siswa tentang materi matematika yang lebih lama dibandingkan dengan pembelajaran yang bersifat hapalan dan mempengaruhi motivasi serta minat siswa terhadap matematika.
Minat siswa ini dapat dibangkitkan untuk kemudian seluruh perhatiannya dapat dipusatkan kepada bahan pelajaran yang akan dipelajari, yang berimbas pada konsep matematika yang mudah diterima dan dimengerti oleh siswa yang selanjutnya disimpan dan dingat dan pada waktunya mudah pula disimak untuk ditimbulkan kembali. Seperti yang diungkapkan Sugiyarti (2010:4) ”Dengan tumbuhnya minat dalam diri seseorang, akan melahirkan perhatian untuk melakukan segala sesuatu dengan tekun dalam jangka waktu yang lama, lebih berkonsentrasi, mudah untuk mengingat dan tidak mudah bosan dengan apa yang dipelajarinya.”
Siswa yang memiliki minat terhadap pelajaran matematika akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, lain halnya dengan siswa yang hanya memiliki sikap menerima pelajaran saja. Oleh sebab itu, untuk memperoleh hasil yang baik dalam belajar matematika, seorang siswa harus mempunyai minat yang besar terhadap matematika itu sendiri sehingga siswa akan terdorong untuk terus belajar dan mempelajari matematika.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Yuliati (2005:22), mengungkapkan bahwa:
 Pada dasarnya responden murid SD menganggap bahwa mata pelajaran matematika sangat penting, siap untuk dipelajari, senang membuat alat peraga tentang bangun berdimensi dua dan tiga, serta materi pada pecahan, konsep pengukuran, akan tetapi sebagian sangat mengharapkan guru dalam mengajarkan menggunakan alat peraga dan lebih banyak memberi contoh penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan berlatih soal cerita.

Guru mempunyai peran dalam meningkatkan proses dan hasil belajar siswa sehingga guru perlu menciptakan atau mendesain suatu strategi pembelajaran yang dapat memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, dan memunculkan minat siswa untuk belajar. Penggunaaan media secara kreatif salah satunya alat peraga matematika akan memungkinkan siswa untuk belajar lebih baik sehingga dapat meningkatkan proses dan  hasil belajar matematika yang ingin dicapai.